Jumat, 14 November 2014

PERANAN PEMULIAAN DALAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN



 Tujuan secara langsung terkait bidang pemuliaan. 
-          Untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak
-          Mengupayakan pelestarian bangsa ternak asli
-          Perbaikan nutrisi; dan pengelolaan ternak.
                                      

PEMULIAAN TERNAK
Dalam pembinaan bibit ternak terdapat : dua macam sub-pola yaitu :
1.      Pola pembinaan bibit ternak
a.      Pola pembinaan penelitian ternak desa (village breeding centre)
b.      Pola pembinaan pembibitan
c.       Pola pembinaan pembibitan ternak pemerintah
2.      Pola produksi mani beku terbagi :
a.      Pola pemerintah
b.      Pola kerjasama dan koperasi
Hal tersebut jelas termasuk dalam bidang pemuliaan karena salah satu upaya dalam bidang pemuliaan adalah seleksi yang pada hakekatnya berarti memilih yang bermutu genetic unggul untuk dijadikan bibit yang menghasilkan keturunan yang berproduksi tinggi. Melalui IB atau semen beku yang diproleh dari hewan-hewan bibit unggul baik yang dihasilkan di dalam negeri maupun impor.



GENETIKA DASAR
Pewarisan Sifat :
Pengertian mengenai prinsif-prinsif genetika yang terpenting sangat diperlukan sebagai dasar pembahasan lebih lanjut mengenai pewarisan sifat-sifat ternak dalam rangka pemuliaan ternak.
Setiap sifat yang diekspresikan seekor hewan apakah sifat tadi berupa produksi susunya atau warna bulunya bahkan kadar hormonnya dalam darah atau golongan darah dalam Ilmu Genetika disebut “Fenotipe” (Performans).
Seekor hewan atau ternak menunjukkan fenotipenya sebagai hasil pengaruh-pengaruh gen-gen atau genotype (G) yang dipunyainya, pengaruh-pengaruh lingkungan (L) interaksi antara genotipe-Lingkungan (IGL). Dapat dituliskan dalam perumusan berikut :
P          =          G          +          L          +          IGL
Genotipe seekor hewan telah ditetapkan pada saat terjadinya fertilisasi yaitu bersatunya sel telur (ovum) dengan spermatozoa membentuk zigot, yang kemudian membelah melalui proses pembelahan mitosis berturut-turut sehingga dari satu sel zigot tersebut dan tumbuh mudiga(embrio) yang terus berkembang menjadi foetus (janin)  dan akhirnya dilahirkan sebagai anak. Anak ini kemudian terus tumbuh akhirnya dilahirkan sebagai anak.  Anak ini kemudian terus tumbuh melalui perbanyakan dan pembesaran selnya.  Karena pembelahan sel mitosis merupakan pembelahan setara yaitu satu sel membelah diri menjadi dua sel yang dikandung seekor hewan (kecuali sel kelamin) boleh dianggap serupa dengan sel zigot asalnya.
            Genotipe atau gen-gen yang dipunyai seekor hewan adalah seluruh gen-gen yang diwarisi dari kedua tetuanya.  Gen-gen tersebut terdapat dalam kromosom yang terdapat dalam pasangan-pasangan yang homologus.  Kromosom-kromosom tersebut terdapat di dalam inti semua sel tubuh (sel somatic).  Jumlah pasangan kromosom berbeda untuk setiap spisies ke spisies dan untuk spesies merupakan jumlah yang khas dan tetap.
Dalam kromosom terdapat molekul-molekul DNA dan protein (histon) DNA (deoxyribonucleat acid) yang merupakan bahan genetic terbagi dalam segmen-segmen (potongan) yang merupakan gen-gen.  Protein inti diperkirakan berfungsi untuk mengatur bentuk dan struktur kromosom juga dalam proses perubahan ukuran dan panjangnya waktu terjadi pembelahan sel.  Karena kromosom terdapat dalam pasangan-pasangan.
Jumlah Kromosom pada Beberapa Jenis Ternak.
Jenis Ternak                             Jumlah kromosom` (2n)
Manusia                                                          46
Kuda                                                                64
Keledai                                                                        62
Babi                                                                 38
Sapi                                                                 60
Bison                                                               60
Banteng dan sapi Bali                                     60
Domba                                                                        54
Kambing                                                          60
Anjing                                                              78
Ayam                                                               78                   
 Karena kromosom terdapat dalam pasangan-pasangan homolog maka, jaringan gen-gen tersusun secara linier (seperti manic-manik yang terangkai pada suatu kalung) terdapat dalam pasangan (alel).  Letak gen dalam kromosom dinamakan lokus.  Pasangan gen tersebut mempengaruhi satu sifat (atau lebih dari satu sifat) yang sama.  Bila pasangan gen (alel) tersebut terdiri atas gen sama (AA atau aa) maka pasangan tersebut dinamakan homozigot bila berbeda genotype heterozygote (Aa).  Pembelahan sel tubuh yang terjadi  dalam proses pertumbuhan dalam pembelahan Mitosis sedangkan pembelahan sel yang terjadi pada sel kelamin (sex) adalah pembelahan meosis yang membentuk spermatozoa dan ova.
Mitosis menghasilkan dua anak sel dengan jumlah kromosom yang sama dengan sendirinya juga mengandung gen-gen sama (genotype sama) sedangkan meosis menghasilkan anak sel (gamet) dengan jumlah N (haploid),setengah jumlah semula 2N (diploid).  Jumlah N kromosom disebut satu Genom.  Bila dua gamet bertemu dalam fertilisasi (antara spermatozoa dengan ovum) terjadilah zigot yang kembali mengandung jumlah kromosom semula yaitu 2N (diploid).
Terdapat dua macam kromosom yaitu kromosom : autosom dan kromosom sex yang mengatur penentuan kelamin.  Kromosom sex terdiri atas : Kromosom X dan Kromosom Y pada ternak kecuali pada unggas yang terdiri dari kromozom Z dan Kromosom W.  kromosom X lebih besar dari kromosom Y.  Secara lengkap seekor sapi jantan mempunyai 2N buah kromosom = 60 buah  yang terdiri dari 29 pasang autosom dan satu pasang kromosom sex.   Pada sapi jantan terdapat 29 psg autosom dan komosom X dan kromosom Y.  Pada sapi betina 29 psg autosom dan 1 psg kromosom X sehingga pada pembentukkan gamet akan terjadi spermatozoa yang mengandung autosom 29 buah + kromosom Y.  Pada hewan betina semua ova yang dihasilkan mengandung 29 buah autosom + krosom X.


Bila seekor pejantan mengawini seekor betina maka yang akan terjadi adalah sebagai berikut :
Pada hewan tingkat tinggi hewan janta XY adalah kelamin yang heterogamete sedangkan hewan betina XX adalah homogamet.  Pada unggas keadaanya terbalik yaitu hewan jantan ZZ (homogamet) dan hewan betina ZW (heterogamet) sehingga pada unggas hewan jantan menghasilkan spermatozoa seragam, semua mengandung autosom + Z sedangkan yang betina menghasilkan dua macam ova yang mengandung autosom + Z dan autosom + W.
CARA BERFUNGSI GEN
Cara fungsi gen menurut ahli genetika molekuler :
1.      Sifat Gen
Gen terdiri dari zat kimia DNA suatu molekul berbentuk double helix (helix ganda) berupa pilinan menyerupai spiral dengan anak tangganya . Terdiri atas unit-unit disebut nucleotide.

Struktur molekul DNA. Atom karbon berwarna hitam, oksigen merah, nitrogen biru, fosfor hijau, dan hidrogen putih.
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama,
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.
Rantai DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å[2]. Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang terangkai seperti rantai. Misalnya, kromosom terbesar pada manusia terdiri atas 220 juta nukleotida[3].
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah adenina (dilambangkan A), sitosina (C, dari cytosine), guanina (G), dan timina (T). Adenina berikatan hidrogen dengan timina, sedangkan guanina berikatan dengan sitosina. Segmen polipeptida dari DNA disebut gen, biasanya merupakan molekul RNA.
Setiap inti sel tubuh berisi gen-gen yang sama dengan isi zigot yang merupakan sel yang kemudian membentuk seekor hewan.
FUNGSI-FUNGSI GEN
Fungsi gen dalam inti sel adalah berduflikasi (melipat gandakan diri)menghasilkan molekul gen yang terpenting untuk pemuliaan adalah menyimpan informasi mengenai moleku-molekul protein yang dapat dibentuk oleh sel tersebut.
1. Replikasi Gen
merupakan proses pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus disertai dengan replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat" dari rantai pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi. Salah satu teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya.
Proses replikasi memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu yang terpenting dikenal dengan nama DNA polimerase, yang merupakan enzim pembantu pembentukan rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat mengenali titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka pilinan rantai DNA. Setelah cukup ruang terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya kesalahan sintesis amatlah kecil.

Replikasi
Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida pada DNA yang digandakan.
2.      Produksi RNA
Pembentukan RNA terjadi di dalam inti dengan cara pembukaan pilinan ganda DNA;  Kemudian hanya salah satu dari untaian DNA akan berfungsi sebagai cetakan bagi RNA yang akan terbentuk melekat pada bagian pilinan RNA yang merupakan cetakan tersebut. Dengan demikian informasi mengenai pembentukan protein akan terekam oleh untaian molekul. Yang kemudian melepaskan diri dari cetakannya dan disebut dengan RNA-penghubung (messenger RNA).  RNA penghubung ini kemudian keluar dari inti masuk ke dalam sitoplasma.
3.      Produksi Protein
Fungsi gen yang paling penting adalah penentu atau pengatur pembentukan protein.Semua protein terdapat di dalam badan seekor  hewan diatur produksinya oleh gen-gen yang terdapat pada genotife hewan tersebut.  Dengan demikian pula enzim-enzim, hormone-hormon yang juga terdiri dari molekul protein diatur pembentukkannya oleh gen.
4.      Satu Gen Satu Enzim
Menjelaskan tugas atau cara gen-gen berfungsi dalam mengatur seluruh proses bilogis yang terjadi dalam seekor hewan.  Karen setiap enzim dibentuk oleh protein .  dari teori dapat dibayangkan bahwa setiap zat yang terbentuk dalam tubuh ternak tidak lepas dari pengaturan gen. baik sifat tersebut meliputi warna bulu, sifat-sifat produksi, golongan darah  dan sifat-sifat lainnya,
CARA EKPRESI GEN
Di dalam kromosom terdapat pasangan-pasangan gen yang homolog, seiap pasangan gen terdapat pada locus tertentu pada kromosom. 
1.      Hukum Segregasi
Hukum Segregasi dikenal dengan HK Mendel I menyatakan bahwa gen-gen yang berbeda Aa akan terpisah atau terjadi segregasi pada pembentukan gamet.  Sehingga terdapat dua macam gamet yaitu membawa gamet A dan Gamet a.
Contoh :
Gen P “Polled” (tidak bertanduk) pada sapi sifat dominan terhadap alelnya p (bertanduk) pada persilangan akan terjadi :

                  PP                    x                      pp
Gamet P                P                                  p                      p
                                          Pp
2.      Hukum Kombinasi Bebas (pada lebih satu dari satu pasang gen)
Hk ini dikenal denga HK Mendel II biasa disebut “independent assortment” menyatakan bahwa pada alel pada pembentukkan gamet-gamet kan terjadi kombinasi atau pasangan bebas anatara alel atau anggota pasangan gen. Contoh pada sapi terdapat dua pasang alel Bb dan Pp maka sapi dengan genotype BbPp akan membentuk 4 macam gamet BP.Bp,bP,bp. Contoh persilanngan antara :
                  BbPp               x                      BbPp
Pada HK mendel II maka akan menghasilkan perbandingan fenotipe : 9;3;3;1


EKSPRESI GEN NON-ADITIF
Berbagai macam cara ekspresi gen tergantung pada cara beraksi gen, garis besarnya sebagai berikut :
1.      Dominan dan Resesif
Suatu gen dominan akan menutupi pengaruh alel resesifnya.  Contoh pada gen Polled dominan terhadap resesifnya bertanduk

2.      Intermediet atau kodominan
Cara aksi gen disini tidak menunjukkan dominan penuh terhadap alelnya yang resesif, alel dapat menunjukkan ekspresinya secara terbatas dalam fenotipe bila dalam keadaan heterozigot, dengan demikian yang heterozigot dapat dibedakan dari kedua homozigot nya contoh pada Sapi :
Warna Bulu pada Sapi : RR   Coklat
                                        Rr    Bawuk (Roan)
                                       rr     putih


3.      Letal dan Semiletal
Beberapa gen menunjukkan ekspresinya dengan kematian individu yang mengandung gen tersebut, gen ini disebut gen letal.
Gen semiletal adalah gen yang menyebabkan kematian beberapa saat setelah hewan dilahirkan. 
Gen letal terdiri atas :
-          Keadaan homozigot dominan (LL)
-          Heterozigot (Ll)
-          Homozigot resesif (ll)
Terdapat pula gen letal terkait dengan kromosom sex yang mengakibatkan kematian pada jenis kelamin tertentu.
      Gen letal resesif sulit dihilangkan dari suatu populasi karena itu perlu pencegahan agar tidak memasuki populasi.  Gen letal dapat dikenali dari kelainan-kelainan-kelainan anatomis yang khas yang dapat dilihat pada feotus atau anak yang lahir mati.
4.      Overdominan
Overdominan atau dominan lebih adalah suatu macam aksi gen yang dapat berarti penting dalam pemuliaan disebabkan oleh interaksi gen-gen yangberupa alel yang sedemikian rupa sehingga gen dalam keadaan heterozigot menyebabkan individu (genotype) heterozigot Aa menjadi superior fenotipenya dinbanding dengan homozigot.
Tetua              AA       x          aa
                                        Aa

                        Aa        x          Aa
                                    AA,Aa,Aa,aa
Aa ternyata berfenotipe > AA apalagi aa
Efek ini dikenal dengan dominan lebih karena secara biokimiawi pasangan gen heterozigot lebih trgar karena mempunyai adaptasi terhadap perubahan-perubahan.


5.      Epistasis-hipostasis
Cara aksi gen ini menyangkut dua  atau lebih dari pasangan gen yang nerupakan pasangan berbeda, dapat menyangkut lebih dari dua pasangan gen.  Cara aksi ini menyebabkan bertambahnya keragaman yang dapat timbul pada ekspresi fenotipe dalam bentuk sifat-sifat produksi. 
Contoh pada aksi gen efistasis pada warna pada ayam, ayam White Leghorn (WLH) dan White Wyandotte (WW) karena mengandung gen I (inhibitor) yang mencegah timbulnya warna. Gen I bersifat epistasis (menutupi) aksi gen C (Colour) yang menyebabkan warna, gen yang ditutupi bersifat hipostasis.
AKSI GEN ADITIF
Aksi gen aditif adalah aksi gen yang paling penting dalam pemuliaan, terutama menyangkut sifat produksi.  Aksi sejumlah gen aditif (dijumlahkan) aksinya adalah ekspresi fenotipe dalam bentuk produksi.
1.      Pleoitropi
Pleoitropi adalah suatu contoh aksi gen-gen tertentu yang mempunyai dua atau lebih sifat pada waktu yang sama.  Hal ini menyebabkan adanya hubungan antara sifat-sifat produksi tertentu pada ternak.  Mengenai hal ini terutama pada sifat-sifat mempunyai hubungan korelasi genetic antara sifat-sifat tertentu.
FREKWENSI GEN DALAM POPULASI
Di dalam pemuliaan selain memperhatikan individu-individu kita biasanya lebih tertarik kepada perubahan-perubahan terjadi pada sifat-sifat populasi.  Difahami bahwa fenotipe seekor hewan dipengaruhi oleh genotype yang dipunyai, karena itu genetic mempengaruhi sifat-sifat populasi dengan memelajari parameter populasi yaitu frekwensi gen.
1.      Frekwensi Gen
Adalah perbandingan jumlah gen tersebut dengan jumlah gen yang terdapat pada lokuas yang sama tersebut.   Dalam suatu populasi dengan jumlah N ternak terdapat 24 buah gen pada suatu lokus tertentu.  Bila terdapat gen A dan gen  a pada lokus tersebut dan dalam populasi tersebut terdapat genotype AA; Aa dan aa dengan perbandingan n1 ; n2 dan n3 maka n1 + n2 + n3 = N.  dalam populasi tersebut terdapat 24 buah gen dan terdapat 2 buah gen A pada setiap individu AA dan hanya satu buah pada individu Aa maka frekwensi gen A adalah :
p  = 2n1  + n2 sedangkan
           N
q  = n2  + 2n3 sedangkan
          N
Maka dapat dijabarkan bahwa :  p  +  q  =  1

            Dalam suatu populasi frekuensi gen juga menunjukkan perbandingan jumlah gamet yang dapat terbentuk.  Untuk gen A dan gen a dengan frekuensi gen p dan gen q terdapat gamet (spermatozoa atau ovum) yang mengandung gen A berbanding yang mengandung gen a sama dengan p dan  berbanding q.
            Suatu keadaan yang dikenal dengan kawin acak (random mating) atau pan mixia adalah cara perkawinan pada suatu popalasi yang memberikan kesempatan sama (peluang sama) kepada setiap individu dewasa untuk saling mengawini.  Bila saling mengawini secara acak  antara individu jantan dan betina terjadi, maka kemungkinan pertemuan antara gamet jantan dan betina juga terjadi secara acak.
 Dengan p dan q sebagai frekuensi gen yang sama dengan frekuensi gamet maka generasi hasil perkawinan tetua akan dihasilkan populasi anak dengan perbandingan genotype AA:Aa:aa = p2 :2pq:q2 dan ternyata p2 +2pq+q2 = (p=q)2  = (1)2 = 1
Keseimbangan ini sebagai keseimbangan Hardy-Weinberg.
 Bila pada suatu populasi terjadi gangguan keseimbangan tersebut maka suatu generasi dengan kawin acak akan mengembalikan keseimbangan pada generasi selanjutnya.
PERUBAHAN FREKUENSI GEN
Perubahan dam frekuensi gen akan menghasilkan perubahan dalam sifat populasi seperti rata-rata produksi susu suatu populasi ternak perah.  Keseimbangan Hardy Weinberg  secara teoritis berlaku di dalam namun kondisi yang menjamin tidak selalu ada dan dengan demikian terdapat kekuatan kekuatan yang dapat mengganggu keseimbangan tersebut.
Kekuatan-kekuatan yang dapat mengubah frekuensi gen menarik untuk dibahas sebagai dasar untuk memahami mengenai upaya-upaya dalam pemulian yang menyangkut perubahan-perubahan pada frekuensi gen yang dapat dilakukan secara sengaja dan terjadi secara alami.
Kekuatan yang dapat mengubah frekuensi gen adalah :
1.      Migrasi
2.      Mutasi
3.      Seleksi
4.      Kebetulan

MIGRASI
            Bila sejumlah individu yang berasal dari suatu populasi dipindahkan (migrasi) dan bercampur dengan individu populasi lain (terjadi perkawinan) maka dapat terjadi perubahan frekuensi gen.
            Terlihat bahwa perubahan gen yang terjadi tergantung gen yang terjadi kedua trrgantung besarnya proporsi pendatang (m) dan juga perbedaan dalam frekuensi gen antara populasi yang bercampur.
MUTASI
            Mutasi terjadi sekali-kali dalam sesuatu populasi dan gen-gen mutan (akibat mutasi) merupakan modal bagi terjadinya perubahan evolusioner melalui seleksi alam.
            Mutasi dapat mengubah frekuensi gen ada 2 macam :
1.      Mutasi tak berulang.
Hanya terjadi jarang sekali dan tidak menghasilkan perubahan berarti pada frekuensi gen.
2.      Mutasi Berulang
Mutasi berulang lebih sering terjadi dank arena berulang secara teratur dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan perubahan frekuensi gen.
SELEKSI
            Seleksi dalam pemuliaan selalu dikaitkan dengan penentuan apakah seekor hewan dapat atau diperbolehkan menghasilkan sejumlah keturunan.  Penentuan tersebut ditetapkan oleh :
-          alam (dalam seleksi alam)
-          Seleksi buatan oleh peternak.
Seleksi berdasarkan atas dasar sifat fenotipe atau dugaan mengenai mutu genetic (genotype) seekor hewan.
Peternak melakukan seleksi buatan terhadap  sifat-sifat tertentu, dengan maksud untuk menghasilkan perubahan dalam sifat tersebut.  Bila perbedaan (keragaman) dalam sifat tersebut didasari oleh perbedaan genotype hewan maka seleksi akan menghasilkan perubahan-perubahan genetic dalam populasi ini berarti perubahan dalam frekuensi gen dalam populasi.
            Seleksi dapat pula diartikan sebagai suatu proses menghasilkan bahwa genotype-genotipe tertentu menghasilkan jumlah keturunan yang berbeda. 
KEBETULAN
            Factor kebetulan (chance) atau dikenal juga dengan random drift (fluktuasi acak) merupakan salah satu kekuatan yang dapat mengubah frekuensi gen secara acak dalam hal ini yang bersifat acak yang ada perubahannya yang kadang-kadang meningkatkan dan kadang-kadang mengurangi frekuensi.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar